leejnjung

Ashley membetulkan rambut hingga make up nya, bersyukur dirinya tidak menghapus make up sama sekali setelah pulang bekerja.

Ashley melihat Regan yang sibuk dengan ponsel nya. Tidak pernah bosan Ashley berkata dalam hati,

Tuhan baik banget gue. Lagi cape, dan badmood dikasih ketemu sama Regan.

Ashley berdeham dan dengan natural menghampiri Regan. Di toko kue ini ada banyak orang, mereka memperhatikan Regan— dan Ashley harap ada orang yang mengabadikan dirinya dan Regan sekarang untuk memulai semua yang sudah ia rencanakan.

“Oh, hai Regan?”

Regan melepaskan perhatian nya dari ponsel, menatap Ashley dengan sedikit kebingungan. Ashley yang meleleh karena tatapan Regan sedikit tidak fokus.

“Ashley, kita pernah ketemu sebelumnya. By the way, beli kue buat siapa?”

Ashley menunggu jawaban Regan, namun Regan melihat ke arah lain. Ashley ikut melihat ke arah yang Regan lihat.

Ternyata, ada orang yang memotret kedua nya. Ashley dengan cepat mengambil sesuatu yang ada di bahu Regan, entah mengapa semua nya seakan-akan di restui tuhan.

“I’m sorry, who are you?” Regan menghindar dengan halus tanpa membuat Ashley tersinggung.

“Saya ga kenal kamu, maaf. Saya duluan ya.”

Ashley mengerjapkan mata nya berkali-kali. Melihat ke arah Regan yang mengambil kue nya, juga melihat ke orang-orang yang di sekitar nya.

Mereka menertawakan dirinya.

Gwenn merapihkan seluruh barang yang ada di hadapan nya, dibantu Regan.

“Regan, ini banyak banget”

Regan mencium puncak kepala Gwenn “Kamu udah ngomong itu tujuh kali, G.”

“Iyaa makasih ya, tapi lain kali jangan di check out semua juga”

Regan menatap jam dan barang-barang yang ia belikan untuk Gwenn “Ini semua cocok sama tas kamu”

Gwenn menghela nafas “Fine

Regan tersenyum “Aku mau ngurusin ikan dulu”

Gwenn mengangguk “Atur aquarium nya yang bagus ya, bisa kita simpen di depan nanti”

“Kalau aku beli aquarium yang lebih besar lagi gimana?”

Gwenn tersenyum lebar “Mau disimpen dimana?”

Regan mengangkat kedua tangan nya “Nanya aja aku G”

Gwenn kembali fokus pada tas belanjaan nya.

“Beli seaworld apa ya?” Regan bergumam.

Are you kidding me Regan??”

Regan segera melipir ke luar, heran dengan pendengaran Gwenn yang sangat tajam. Tentu saja membeli seaworld sebuah candaan, Regan belum se-gila itu.

“Ju, kalo gue beli seaworld kira kira bagus buat investasi ga?”

Lo mikir aja si goblog

Kembali lagi dengan Gwenn dan barang-barang yang Regan belikan untuknya, Gwenn melihat salah satu tas yang menarik perhatian Gwenn.

BABE DID YOU BROUGHT ME A BAG? THE RED ONE?!

No” Regan menjawab dari arah ruang tamu “Aku ga check out tas

Gwenn menaikkan alis nya, baru ingat jika Dylan memberikan nya tas. Dylan? Memberikan nya tas seharga hampir satu miliar secara cuma cuma? Tas ini hanya di produksi sekitar 6 di dunia, Gwenn punya satu yang berwarna hitam.

“Dylan? Oke lah dia pernah beliin gue mobil, tas?? Ga masuk akal banget dia beliin buat gue. Buat Dara mungkin?”

Gwenn memeriksa isi tas merah itu, tidak ada sesuatu yang aneh. Tetapi tiba-tiba amplop kulit berwarna hitam terjatuh.

Gwenn mengambil amplop itu, jelas amplop ini bukan amplop surat biasa. Gwenn tahu amplop ini di custom dan beberapa keluarga old money seperti keluarga nya menggunakan amplop kulit seperti ini untuk mengirim surat penting. Gwenn segera membuka surat yang terlihat sangat mencurigakan. Dylan tidak pernah memberi nya surat dengan amplop berwarna hitam, selalu dengan amplop putih dan tanda tangan khas Dylan di bagian depan.

To: Gwenn Bailey Oh i’m sorry, maybe Moraz? Gwenn Moraz. Gimana tas nya? Harus suka ya. I’m a big fan— a big fan of your husband actually. Nvm, i just want you to know it. Bye, hope you like it! XOXO.

A

I’m home G—” belum sempat Regan meletakkan tas kerja nya, Gwenn tiba-tiba memeluk Regan erat.

Entah apa yang sedang dipikirkan Gwenn, Regan merasakan istri nya sedang tidak baik-baik saja.

You good? G hey, i’m here kamu gausah khawatir”

Gwenn mendongak, melihat wajah Regan yang terlihat lelah namun berusaha menenangkan dirinya. Entah kenapa akhir-akhir ini Gwenn merasa tidak tenang, sulit untuk berpikir positif.

Regan mencium kepala Gwenn, menyatukan kedua dahi mereka “Mind to share” Regan mencium kening Gwenn “Apa yang bikin kamu jadi kepikiran akhir akhir ini?”

Gwenn mengangguk, tersenyum sendu “Kamu ngerasa ga sih love, hubungan kita lancar dan baik-baik aja? Aku tiba-tiba berpikir kalau nanti akan ada saat nya, hubungan kita ga baik-baik aja”

Regan menggendong Gwenn di punggung. Terdiam.

“Bisa ga ya kita laluin itu?”

Regan menghela nafas, apa yang di katakan Gwenn tidak salah. Walaupun tidak se-lancar apa yang dikatakan Gwenn, apa yang mereka berdua lalui sekarang terbilang mudah. Mungkin Gwenn merasakan akan ada badai cobaan entah kapan, tapi Regan tahu jika Gwenn sedang memikirkan itu sekarang. Regan mendudukan Gwenn di sofa, berbalik lalu menatap sang istri.

“Gwenn Moraz” panggil Regan,

“Hmm?”

“Ada alasan kenapa saya mau kamu pakai nama marga saya kan G? Padahal kamu ga diperbolehkan ganti nama keluarga, karena keluarga kamu melarang anak perempuan keluarga Bailey mengubah nama keluarga?”

“Aku istri kamu”

“Iya. Tapi lebih dari itu.” Regan mencium tangan Gwenn “Gwenn Moraz, itu artinya kamu bagian dari saya, G. Ada harapan dimana kamu selalu jadi bagian hidup saya, ada harapan kamu selalu ada di samping saya, ada harapan kamu dan saya bisa menurunkan nama Moraz ke anak anak kita nanti”

Gwenn menatap Regan dengan tatapan sendu, Regan tersenyum lebar menguatkan “Apapun yang terjadi nanti kedepan nya, saya selalu berharap kamu ga mudah menyerah ya G? Selalu percaya saya, selalu meyakinkan saya soal semua nya bakalan baik baik aja. Ya?”

“Kamu ngomong gitu kaya beneran mau terjadi sesuatu” Gwenn menangis.

“Apa yang ada di depan cuma bisa kita jalanin G, kamu bisa percaya aku.”

Gwenn menatap mata Regan dalam, mengangguk “Iya”

“Kalau gitu, sekarang waktu nya tidur. Aku masih mau nonton bola”

“Ikut”

“Oke”

Regan menciun puncak kepala Gwenn, ikut merasakan akan ada badai besar di kehidupan pernikahan mereka seperti apa yang dipikirkan sang istri.

Regan menatap Gwenn yang merapihkan tas kerja nya.

Semua nya bakalan baik-baik aja, saya janji

Regan keluar dari apartment mereka berdua, semenjak menikah Regan dan Gwenn memutuskan membeli unit apartment baru di tengah kota. Kenapa tidak di rumah Regan? Terlalu besar jika hanya berdua, belum lagi jika Regan harus pergi ke Italy. Gwenn akan sendiri di rumah yang cukup besar.

Regan yang hanya menggunakan kaus hitam dan celana pendek serta sandal rumahan. Supermarket tidak terlalu jauh dari apartment yang Regan dan Gwenn tinggali, banyak paparazzi memfoto Regan yang baru saja keluar dari apartment. Regan berjalan tanpa menggubris mereka semua.

Setelah sampai di supermarket, Regan membeli buah, serta beberapa cemilan karena Gwenn sangat suka cemilan. Di banding makan, Gwenn terbiasa makan cemilan karena walaupun diberkati dengan tubuh ideal tanpa diet terkadang Gwenn mengeluh soal berat badan nya.

“Regan Moraz?”

Regan berhenti memasuk kan cemilan kesukaan Gwenn, mengangkat alis karena tidak mengenali perempuan yang memanggil nama nya. Fans? Ah Regan rasa ia tidak se populer Gwenn, Rekan bisnis? Rata rata rekan bisnis Regan laki laki.

Ashley mengulurkan tangan nya “Gue Ashley Owen, aktris dari Indonesia”

Regan menjabat tangan Ashley dengan cepat, tanpa membuat Ashley tersinggung Regan tersenyum tipis dan menjauh sedikit “Saya kenal kamu? Maaf tapi ada banyak paparazzi di sini jadi saya ga bisa basa basi”

Regan menolak halus. Ashley? Sadar dari lamunan nya karena Regan Moraz terlihat sangat luar biasa dari dekat “Ah ngga, gue fans lo dan kebetulan kita sama sama dari Indonesia. Makannya gue sapa”

Regan mengangguk, lalu dengan sigap mendorong trolly belanjaan nya yang sudah lumayan penuh “Sorry Ashley, mungkin istri saya udah di rumah sekarang. Saya duluan ya, permisi.”

Ashley tersenyum “Nice to see you Mr.Moraz” ujar Ashley, yang hanya dibalas senyum tipis oleh Regan.

“Kak, ketemu siapa?”

Ashley berbalik dan tersenyum lebar “Coba tebak!”

Kala mengernyit, perasaan Kala tadi Ashley sangat marah karena beberapa paparazzi memotret Ashley tanpa riasan “Siapa kak aku gatau”

“Regan Moraz!!” Ashley mengguncang bahu kala pelan “He’s hot damn, fix sih gue mau Regan Moraz”

Kala tersenyum miris “Kak, dia udah punya istri loh?”

Ashley menggeleng “Lo harus tau, dia wangi, tinggi, ganteng, dan gue liat tadi dia rela belanja ke supermarket padahal paparazzi banyak yang ikutin dia. Lo bayangin ga kalau gue digituin juga?”

“Tapi ga sama yang udah punya istri kak”

“Lo mau bantuin gue ga sih?! Ini buat karir gue juga loh, lagian kalau istri nya supermodel gue mesti nya tau lah kaya Adara Jelita, ini gue ga pernah denger?”

Kala menghela nafas ‘Lo ga tau karena Gwenn Bailey jarang expose kehidupan dia, coba lo searching di google Bailey family. Sorry to say lo bakalan jatuh se jatuh jatuh nya’ Kala bergumam.

“Kapan kita bikin berita soal gue sama Regan Moraz? Gue ga sabar”

Kala mendorong trolly belanjaan milik Ashley “Gatau, gimana agensi”

Ashley mengangguk “Can’t wait

How you can happy for your downfall Ashley? Lo terlalu naif semua harus sesuai kemauan lo

Jayden menghampiri Hazel yang sibuk dengan ponsel nya, Gaze yang memperhatikan gerak gerik Jayden sedikit waspada.

“Lo bawa anak baru ini?” Jayden tersenyum sinis “Beberapa minggu ini lo ga laporan ke gue soal Jane, hp lo rusak apa gimana?”

Hazel mengatupkan bibir nya, menahan gemertak gigi karena emosi “Gue udah bilang gue mau stop bohongin Jane lo ga paham bahasa manusia?”

Jayden mengangguk “Santai” Jayden tersenyum, senang karena berhasil menyulut emosi Hazel.

Gaze mengepalkan tangan nya, sungguh Gaze tidak tahu menahu soal Jayden bahkan Dewa yang satu tahun diatas dirinya tapi dari gaya berbicara Jayden sungguh menyebalkan.

“Karena lo berenti laporan, gue bakalan deketin Jane lagi di sekolah. Gimana?” Jayden memutar kunci motor nya

Gaze mendengus “Jangan coba coba lo deketin Jane”

Jayden mengangkat sebelah alis nya “Lo? Anak baru, siapa nya Jane?”

“Pacar” Gaze dengan santai nya berbicara, Hazel menengok cepat.

‘Yang bener aje lu monyettt cari mati’ Hazel membatin

Jayden tertawa “Lo? Pacar nya Jane?”

“Kenapa lo ketawa? Pernyataan gue terdengar lucu atau lo ga bisa nerima kenyataan?” Gaze tersenyum sinis

‘Kata gue juga apa ini orang emang cari masalah’ Hazel memejamkan mata nya. Jayden sendiri tersenyum kecut

“Lo cari mati?”

Gaze tertawa mengejek “Lo mesti paham bahasa manusia, Jane mungkin biasa aja tapi lo gatau kan apa yang ada di pikiran dia dijadiin taruhan sama cowo pertama yang bikin dia jatuh cinta? You should be careful bro

Jayden mengepalkan tangan nya, berteriak pada anak buah nya “Bawa Jane ke sini sekarang, biar dia tau temen yang dia percaya masih sama brengek nya kaya enam bulan yang lalu”

Gaze tertawa meremehkan “Jane? Udah pergi berapa menit yang lalu zel? Ah gatau lah, yang pasti lo bego”

“Bangsat”

Adu jotos tidak ter elakkan, dimulai dengan Jayden meninju tulang pipi Gaze. Dewa yang berada tak jauh dari Jayden langsung menyusul, melawan Hazel.

Liam dan Arka turun dari motor yang sebenarnya bukan milik mereka, Arka meregangkan tangan nya “Gimanapun hasil nya mau menang mau kalah yang penting gue berkontribusi” gumam Arka.

Liam memutar bola mata nya, lelah dengan kelakuan Arka. Selena dan Cleo memperhatikan dari jauh kekacauan yang dibuat oleh para lelaki.

“Waktu Gaze sama gue, dia ga pernah sebegitu nya” Cleo tersenyum perih

Selena memandang Gaze yang lumayan babak belur melawan Jayden, begitu juga sebalik nya “Lo harus nerima kenyataan dia cuma bantuin lo buat nolak perjodohan dari mama papa, gausah minta lebih. Dia juga udah kaya adek buat gue”

Cleo mendengus “Gue adek kandung lo kalau lo lupa?”

Selena tersenyum sinis “Lo terlihat menyedihkan sekarang, ngemis ngemis cinta ke cowo yang bahkan ngelirik lo aja ngga. Lo tau?”

“Tau”

Then stop

Zero and Gaze, kalau gue ga bisa dapetin Zero gue bakal berusaha dapetin Gaze”

Selena menghela nafas “Mau berusaha gimanapun dia cuma liat lo sebagai temen ga lebih. Udah kenapa sih? Lo nyakitin diri lo sendiri”

“At least gue mencoba dan ga kabur dari masalah. Yang buat gue terjebak sama dia siapa? Lo.”

Selena melihat ke arah adik nya “Jane Moraz bukan saingan lo, gue ga bermaksud merendahkan lo dengan orang lain tapi lo bukan saingan Jane. Gue saranin selain siapin mental buat hadapin Gaze, lo harus siapin hati karena lo bakalan kalah”

Cleo mendengus, Selena berjalan menjauh untuk pulang karena para lelaki sedang melakukan urusan mereka.

“Ga bermaksud merendahkan, tapi gue merasa di rendahkan kak” gumam Cleo, melihat miris ke arah Gaze yang masih bergelut dengan Jayden, perkataan Selena benar benar menyakitkan “How lucky Jane Moraz, Gaze. Lo rela babak belur padahal lo bisa aja ga peduli”

Gwenn bersiap menggunakan gaun yang ia beli di Italy, semangat bertemu dengan keluarga Regan. Rumah yang Gwenn dan Regan tempati sekarang merupakan rumah pemberian bunda, yang ternyata memang ditinggalkan ayah Regan untuk Regan. Rumah ini juga sudah disiapkan dan dirapihkan oleh bunda Regan dengan sangat rapih.

Regan datang dan memeluk dari belakang Gwenn yang sedang berkaca, mencium pundak Gwenn “Cantik”

Gwenn melanjutkan dengan mengikat rambutnya, tanpa berbicara pada Regan. Gwenn sedikit gugup karena hari ini akan bertemu keluarga Regan.

“Jangan overthinking, aku selalu ada di samping kamu” Regan memakai jam tangannya “Aku juga jarang ketemu tante aku, tapi aku yakin mereka baik baik”

Gwenn tersenyum, sedikit lega karena kata kata Regan.

“Ayo” Regan menggandeng Gwenn, lalu keluar rumah. Regan memutuskan untuk menggunakan mobil dan supir, Gwenn membawa oleh oleh untuk bunda sementara Regan membawa banyak mainan untuk keponakan Regan yang Gwenn beli.

Regan menggenggam tangan Gwenn. Gwenn mengetahui beberapa kebiasaan Regan setelah mereka menikah, Regan sangat suka mencium pundak atau kening Gwenn, menggenggam tangan, dan kadang memainkan rambut Gwenn yang wangi. Bahkan shampoo yang biasa Regan gunakan sudah tidak terpakai karena Regan menggunakan shampoo Gwenn.

Sesampai nya di rumah Regan, Gwenn disambut dengan pagar besar bercat putih. Saat sampai ke pintu utama, Gwenn disambut dengan anak anak kecil dan beberapa saudara Regan yang berusia remaja.

Saat Gwenn keluar dari mobil, mereka semua diam. Regan sendiri sibuk mengeluarkan oleh oleh. Gwenn tersenyum canggung, mereka menatap Gwenn tanpa kedip.

“Hai?” Gwenn menyapa canggung.

“WOAHHH CANTIK BANGETT” ujar anak perempuan dengan rambut kepang “KAYA BARBIE BENERAN”

Semua nya menghambur ke pelukan Gwenn, sementara keponakan Regan yang sudah lumayan besar malu malu mendekat.

Gwenn menyapa mereka semua dengan pipi merah, Regan tersenyum lalu memeluk pinggang Gwenn “Abang bawa oleh oleh, tapi biarin kak Gwenn ketemu sama mami dulu”

Mami itu panggilan Bunda di keluarga Regan. Mereka semua dengan patuh membuka jalan, tapi mengikuti dari belakang.

“Tante, ini Gwenn” Regan memperkenalkan Gwenn kepada salah satu kakak dari bunda nya, Maria.

“Eh tuhan, cantik banget” ceplos Maria “Aduhhh yaampun sini ayok gabung sama tabte aja si Regan tinggalin”

Gwenn ditarik pelan, lalu masuk ke halaman utama rumah Regan. Disana ada banyak tante dan sepupu Regan, sepertinya.

Semua mata tiba tiba tertuju pada Gwenn yang dibawa Maria, Regan mengikuti dari belakang karena tidak mungkin meninggalkan Gwenn sendiri.

“Ehh mantu bunda udah sampee, sini sayang” Bunda datang lalu memeluk Gwenn, Gwenn membalas pelukan bunda.

Entah kenapa, Gwenn merasa pandangan salah satu tante Regan sangat tidak ramah.

“Duduk sini, aduh cantik nya bunda” Gwenn duduk di antara tante dan sepupu Regan.

Salah satu sepupu Regan mendekat “Kak, aku mau foto boleh?”

Gwenn mengangguk “Boleh dong, nama nya siapa?”

“Alisya kak” Alisya menjawab dengan pipi merona

“Kak gue juga mau foto, btw nama gue Jordan kak” Jordan tinggi dengan kulit yang agak coklat.

“Saya Bian” ah anak laki laki ini terlihat seperti Regan.

“Aku Shenina kak” Shenina tiba tiba menggaet tangan Gwenn “Aku mau foto juga ya kak”

Gwenn tersenyum, agak malu sebenarnya karena om dan tante Regan memperhatikan anak anak mereka.

“Apa bagus nya jadi model? Mending anakku, baru pulang S2 di Jepang”

Tiba tiba salah satu tante Regan berbicara, tanpa melihat kearah Gwenn. Anak nya, Jihan menyenggol “Bu”

“Loh bener toh? Model tuh kerjaannya pake baju seksi, lenggak lenggok kaya perempuan ga punya etika”

Wah, omongan tante ini luar biasa sakitnya’ujar Gwenn dalam hati ‘Jangan sampai image Barbie gue rusak karena gue berubah jadi maleficent

Gwenn tersenyum saja, lalu meladeni sepupu Regan yang meminta foto.

“Cih, perempuan gatau malu”

Regan baru saja akan membalas perkataan sang tante, tapi Gwenn menggeleng pelan. Regan dengan kasar berdiri sambil melihat tante nya, Leona. Sebenarnya Regan berharap Leona tidak datang hari ini, tapi sepertinya Leona memang senang mencari masalah.

“Kedalem aja, anak anak nyariin kamu”

Anak siapa nih kita baru nikahh Regan kamu jangan bikin aku halu’ batin Gwenn.

“Woi lo semua anter kak Gwenn” Regan menuruh sepupu nya, dan langsung di iyakan karena mereka ingin sekali dekat dengan Gwenn. Regan memang disukai semua saudara nya, bukan karena kekayaan atau pamor tapi karena Regan abang yang asik untuk mereka.

“Kak jujur kamu di foto udah cantik banget aku liat kamu langsung malah kira aku bukan Gwenn Bailey karena cantik bangeeet” ujar Shenina, seperti nya dia memiliki banyak energi.

Alisya dengan kalem menyaut “Kak, omongan tante Leona jangan dipikirin ya”

Gwenn mengangguk “Aku bawa oleh oleh buat kalian, kalian buka gih. Aku mau main sama anak anak dulu”

“Aduhh anak anak” Jordan nyeletuk “Soon kakak yang punya anak sama bang Regan”

“Aminnn” diamini oleh mereka semua.

“Ih ada Tante barbie, woi ada tante Barbie ayo bilang makasih. Kenalin ate aku Dion, paling tua kelas 2 smp”

“MAKASIH ATE BARBIE” semua dengan serempak berterimakasih, lalu si kecil Naya berjalan pelan “Tante Barbie aku mau gendong”

Gwenn tersenyum lebar “Siniiii”

Naya melompat ke pelukan Gwenn, dengan senang hati Gwenn memeluk Naya yang masih wangi bayi. Lalu anak anak yang lain ikut menghampiri Gwenn dan duduk disebelahnya, entah memainkan rambut, baju, jari jari Gwenn yang memang berwarna.

Mereka sibuk, Naya tertidur di pelukan Gwenn. Karena Gwenn haus, Jordan bilang di dapur ada minuman yang mereka buat “Mau di ambilin kak?”

“Gausah aku bisa sendiri kok” ujar Gwenn

Gwenn berjalan ke dapur sembari menggendong Naya, tapi dewi fortuna sedang libur membantu Gwenn karena sekarang di dapur ada Leona yang sedang mengambil air putih.

“Ngapain kamu?”

“Mau ngambil minum tan”

“Kamu gatau malu ya? Keluarga kami itu pintar semua, kerja nya jelas kerja kantoran dan punya masa depan. Ini kamu berani sekali nikahin Regan, ngincer uang ya?”

Muka gue keliatan kaya cewe matre kah? Ini kayaknya kalo tante nya Regan ketemu Dara auto di usir nih kayaknya’ Gwenn menghiraukan Leona.

“Heh kamu denger tante ga? Pendidikan terakhir kamu apa? SMA? Regan aja kuliah kok kamu lulusan SMA”

Gwenn meminum air putih nya, menenangkan hati nya yang sedikit panas. Naya digendongannya masih tertidur.

“Bisa masak ga kamu? Nyapu ngepel? Pasti gabisa ya hidupnya manja dari dulu. Cowo simpenan siapa kamu selain Regan? Pasti ada lagi”

Tuhan, perasaan tante gue ga gini gini banget

“Tante, ada hak kah bertanya pertanyaan yang lancang kaya gitu?”

Suara Regan ada di belakang Gwenn, Gwenn berbalik dan melihat aura Regan yang akan meledak.

“Gwenn udah lulus S2, dia gabisa masak tapi lagi belajar sama saya, dia hidup mandiri otomatis dia bisa membersihkan rumah, cantik, dan udah pasti dia cuma punya saya. Ada pertanyaan lain tante?”

Leona mendengus “Gabisa masak? Kamu yang masak? Perempuan itu kodrat nya bisa masak, kok perempuan gabisa masak. Aneh.”

“Kodrat perempuan itu menyusui, melahirkan, masak itu bisa dilakukan suami maupun istri. Tante bisa stop ngata ngatain Gwenn? Dengan senang hati Regan bisa nyeret tante keluar dari rumah sekarang”

“Model? Kelakuan dia pamer badan Regan sadar, banyak laki laki yang udah megang megang dia”

Wah kali ini keterlaluan sih’ Gwenn mendengus

“Tante, dengan segala hormat aku mau tanya aku bikin salah apa ya? Aku baru datang dan tante sebegitu benci nya sama aku. Tante benci pekerjaan aku sebagai model? Berpengaruh ke kehidupan tante ga ya? Karena aku baru tau tante tadi, bahkan kayaknya Regan pun ga begitu deket sama tante. Aku selalu berdoa yang terbaik buat tante ya, karena aku liat mulut tante selalu berbicara tanpa berpikir apa dampak nya buat orang lain. Hidup kita berdua kami yang atur, omongan tante ga ada guna nya buat aku”

Gwenn melihat ke arah Regan, menarik lengannya karena Regan mungkin akan meledak sekarang.

“Cewe murahan” ujar Leona pelan.

“NGOMONG SEKALI LAGI” Regan tiba tiba berbalik dan berteriak, Naya bangun dan menangis.

Leona diam, Jihan datang dengan muka panik “Ibu, udah bu” lalu Jihan menarik sang ibu keluar dari rumah Regan.

Semua orang menatap hening ke arah Gwenn yang menenangkan Naya “Eh? Aku gapapa om, tante.”

Bunda menenangkan Regan “Udah biarin aja”

Regan menghela nafas panjang “Kebiasaan bun”

Om dan tante Regan yang lain pun ikut menenangkan Regan dan Gwenn.

Ini kalo ada Dara itu tante udah abis dijambak kali ya, tuhann tolong semoga hidup tante Leona bahagia selalu aminn

“G, taruh dulu hp nya” Regan meminum teh nya, Gwenn tersenyum “Iya”

Gwenn dan Regan makan dengan hening. Canggung? Bukan, mereka berdua menikmati momen pagi pertama mereka sabagai suami istri. Nanti sore, Gwenn dan Regan akan mengadakan pesta, dikhususkan hanya untuk teman teman dekat Gwenn dan Regan di rumah.

Ah iya, rumah ini memang milik Regan. Gwenn baru mengetahui saat mereka pulang semalam.

“Besok sore kita berangkat ya” Regan berdiri, mengambil piring kotor milik mereka berdua, Gwenn tidak bisa berjalan.

Gwenn meminum kopi nya “Oke, terus nanti abis dari Italy ke Jakarta?”

Regan mengangguk “Keluarga bunda di Indonesia ga sabar liat kamu”

Saat pernikahan mereka, yang menjadi perwakilan keluarga besar Regan yang hadir hanya keluarga Moraz. Keluarga bunda nya di Indonesia tidak bisa hadir.

“Masa sih?” Gwenn meringis “Aku pengen ketemu, tapi takut juga. Takut gabisa diterima. Bukan maksud jelek ya sayang, biasa lah aku suka overthingking”

Regan mencium kening Gwenn “Waktu itu kan pernah Vc, mereka seneng banget lihat kamu. Apalagi anak kecil nya, mereka bilang apa kemaren?”

Gwenn mencium bibir Regan sekilas “Mereka bilang aku mirip barbie”

Regan menggendong Gwenn, lalu tertawa “Then i’ll be your Ken

Excuse me, kenapa arah nya ke kamar mandi ya?”

“Mandi bareng”

“Kamu dimana Lexa” tanya lelaki di ujung telfon, itu Julian atau aku biasa panggil dia Ian. Laki laki paling keras kepala yang pernah aku kenal.

“Di cafe, kenapa?” Aku memakan kue red velvet yang aku pesan sekitar satu jam yang lalu, kebiasaan.

Sebelumnya halo, aku Alexa Huston. Aktris 25 tahun berdarah Indonesia-Amerika. Tidak ada hal lain yang menarik, atau mungkin belum. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi beberapa jam kedepan bukan?

“Kalau mau pulang bilang ya, nanti aku jemput” aku tau ian sedang sibuk memotret perempuan perempuan cantik yang mungkin sedang ada di hadapannya. Bukan, aku bukan cemburu tapi fakta nya memang pekerjaan Ian sebagai photographer memotret perempuan cantik yang akan ada di majalah atau bahkan iklan.

“Aku tau kamu sibuk, gaperlu kok. Aku bisa sendi— eh?”

Aku menurunkan ponselku dan menaruhnya di meja, ada anak laki laki yang berlari dan terjatuh tepat di hadapanku. Di area belakang cafe memang tersedia playground untuk anak anak, tapi dimana orang tua nya? Karena tidak ada pengunjung lain di area yang aku tempati sekarang.

Anak laki laki ini tidak menangis, tapi aku tahu siku tangan nya lumayan sakit karena terbentur kaki meja “Gapapa” ujarku sambil meniup siku nya “fiuhhh fiuhh sembuh. Sakit nya cuma sebentar aja, gapapa ya ganteng?” Aku tersenyum menenangkan.

Si anak laki laki ini mengangguk, lalu mulai menengok kesana kemari. Aku menebak dia mencari orang tua nya “Kamu cari mama papa ya? Tadi terakhir kali kamu main dimana? Biar kakak anter”

Anak laki laki ini hanya diam, lalu mengeluarkan buku catatan dan pulpen dari saku celana nya. Menulis sesuatu, lalu aku membaca apa yang dia tuliskan. Hati hati, dia mencoba menulis serapih mungkin.

‘Sorry, i can’t speak. Aku tadi ke kamar mandi, tapi aku lupa jalan ke arah playground karena terlalu banyak pintu’

Dia tidak bisa bicara.

“Joshua? Son?

Suara itu, terdengar sangat familiar.

Joshua, berlari menuju sang ayah. Berbicara menggunakan bahasa isyarat sepertinya. Aku tidak tahu, aku masih membelakangi mereka. Mengambil ponsel yang masih terhubung panggilan dengan Ian “Aku telfon lagi nanti ya”

“Lexa, kamu nangis? Kenapa suara kamu kaya orang nangis?” tanya Ian, mendengar suaraku yang bergetar.

“Permisi, mba? Terimakasih sudah bantu anak—“

Aku berbalik, masih dengan ponsel yang tersambung dengan Ian. Ian sepertinya mengetahui suara siapa yang ada dihadapanku sekarang. Aku diam, Jonathan pun diam.

Iya, itu Jonathan.

“Alexa?” Panggil Jonathan.

Aku memejamkan mata, perih menjalar. Sudah lama sekali, mendengar suara itu memanggil namaku seperti ini.

“ALEXA Itu Jonathan? Si brengsek? Sebentar aku otw!” Julian mematikan telfon nya tanpa membiarkan aku berbicara sepatah kata.

Aku mengambil nafas panjang “long time no see Jo, apa kabar?” Aku mencoba tersenyum.

Anggap reaksi ku berlebihan. Dia cuma masa lalu. Benar, tapi masa lalu yang cukup menyakitkan untukku.

“Joshua sayang astaga maafin mami ya… Lexa?”

Itu Jesslyn. Terlihat sangat cantik dan dewasa, sangat serasi dengan Jonathan. Aku? Mencoba untuk bernafas senormal mungkin.

Jo memberikan Joshua pada Jesslyn “Aku mau bicara sama Alexa sebentar sayang, gapapa ya?”

Jesslyn tersenyum, melihat kearahku “Senang ketemu kamu Lexa, aku ke belakang ya. Josh, say thank you to beautiful aunty

Joshua tersenyum, lalu memberikan gestur tangan yang aku tidak mengerti makna nya.

“Katanya, terimakasih tante baik. Glad my father have a kind and beautiful friends like you. He said semoga kita bisa ketemu lagi kapan kapan” Jesslyn menerjemahkan.

Aku mengangguk, lalu tersenyum “Nanti kapan kapan kita main ya” Jesslyn dan Josh pergi ke belakang. Aku? Berdiri tegang berhadapan dengan Jonathan.

Aku tersenyum kaku, lalu melihat kearah Jonathan yang juga melihat kearahku. Tatapannya, masih sama seperti beberapa tahun lalu. Tatapan yang, tidak bisa aku artikan.

May i…

“Oh iya, duduk Jo” Aku duduk duluan dan meminum americano yang sebentar lagi habis. Mencoba mengabaikan rasa sakit. Bukan, bukan karena masih menyayangi Jonathan. Tapi masih berbekas bagaimana sakitnya dulu ditinggalkan tanpa kejelasan yang cukup.

“Gimana kabarnya Lexa? Terakhir aku nonton film kamu di bioskop tahun lalu, sibuk kuliah lagi?”

Cukup berlagak kamu tahu semua tentang aku Jo.

“Atau lagi fokus usaha papi? Papi apa kabar?”

Papi baik, masih menanyakan kabar kamu setiap minggu.

“Ah iya, aku kangen Hugo. Gimana kabarnya?”

Masih sama, benci kamu.

Jonathan tersenyum, jawaban itu tidak aku utarakan secara lantang.

“Aku tahu jawabannya Al, kamu gaperlu jawab”

Aku mengangguk, lalu menunjuk Joshua yang sedang bermain bersama Jesslyn “Joshua, dia anak yang kuat”

Jonathan ikut memandang ke arah Joshua dam Jesslyn “Iya, dia kuat padahal masih kecil”

Jonathan tersenyum, aku membaca raut wajahnya. Terlihat sangat bahagia dengan keluarga kecilnya.

“Aku mau minta maaf Lexa. Maaf”

Aku mengangguk “Aku udah maafin kamu Jo” aku sungguhan, hanya rasa sakit ditinggalkan Jo kadang masih sering datang.

Jonathan mengangguk “Tapi aku belum maafin diri aku sendiri” ujarnya tersenyum “Ninggalin kamu, salah satu kesalahan terbesar di hidup aku”

Aku tersenyum pahit “Jo”

I said i love you, i really do. 6 tahun kita sama sama itu bukan waktu yang sebentar Lexa, kamu pikir perasaanku becandaan?”

Aku diam. Fakta itu tidak ada guna nya sekarang.

“Tapi maaf, aku gabisa mempertahankan kamu di depan orang tua aku. Aku juga gabisa membiarkan fakta Jesslyn hamil dan laki laki yang hamilin dia gamau tanggung jawab. Maafin aku Lexa”

Tidak ada kata yang sanggup mendeskripsikan perih nya tahu fakta yang baru saja Jonathan ungkapkan. Aku bahkan tidak bisa merasakan kepalan tangan yang aku biasa lakukan jika ketakutan berlebih.

“Alexa breath please, lexa i’m sorry

Aku melihat kearah Jo “Jo, tell me, you love her right?

Jonathan mengangguk, aku bernafas lega “Jo. Kalau aku bilang, sakit nya ditinggal kamu masih ada sampai sekarang apa kamu percaya?”

“Tapi aku ga pernah mempermasalahkan itu, aku ada di proses mendewasakan diri ku sendiri dengan merelakan kamu. Aku udah maafin kamu, kamu gaperlu merasa dihantui rasa bersalah karena aku.”

Did you live happily?

I do Jo, i do. You don’t need to worry, aku udah 26 tahun” Aku tersenyum, aku merasa hidupku masih baik baik saja tanpa ada Jo. Memang seharusnya begitu, bukan?

Jonathan tersenyum, mengulurkan tangannya “Thank you, for everything. Makasih pelajaran hidupnya hahaha”

Aku menjabat tangan Jo, kali ini tanpa takut ada yang hancur “Thank you Jo”

Lega rasanya. Aku bisa membaca mata Jo, kali ini berbinar tanpa redup. Mungkin beban nya menjelaskan ini padaku sudah hilang. Selesai. Aku dan Jo berteman sekarang. Tidak ada lagi aku yang panik mendengar nama Jonathan, tidak ada lagi aku yang berusaha menghindari semua hal tentang Jonathan demi perasaanku agar baik baik saja. Semuanya selesai, akhir yang baik untuk aku memulai sesuatu yang baru. Akhir yang baik untuk Jonathan bisa melangkah tanpa dihantui rasa bersalah. Aku tersenyum, Jo juga sama. Aku melihat kearah Jesslyn, dia tersenyum dengan tulus. Dari awal Jesslyn adalah pemeran yang tidak bisa melakukan apapun, dia serba salah dan aku tidak bisa menyalahkan Jesslyn. Dulu mungkin iya, tapi melihat Jesslyn selalu tersenyum sendu membuat aku berpikir dia membutuhkan Jo.

Sama sepertiku, dulu.

Jo melihat kearah luar cafe, aku mengikuti pandangannya. Ian baru saja turun dari mobil dengan muka lelah dan.. sedikit marah?

Jonathan tertawa lebih keras kali ini “i think your happiness udah jemput Al, tapi aku boleh minta tolong? Jangan ada adegan tonjok tonjokan. Anak aku tau nya aku ayah yang keren dan anti kekerasan”

Aku bingung, maksud Jo apa?

“Loh? Kamu bodoh banget Al, itu Ian suka sama kamu loh. Masa kamu ga tau?”

Ian itu salah satu teman dekat Jo saat SMA, makannya mereka saling kenal. Tapi sepertinya ini pertemuan perdana mereka selama bertahun tahun. Yang terjadi selanjutnya adalah, aku menahan amarah Ian yang sepertinya sedang berada di puncak karena bertemu dengan Jo. Juga mungkin karena lelah banyak nya pemotretan lalu harus menjemput aku.

“Bukan cape, Bang Ian cemburu. Marah juga gara gara lo ketemu sama Bang Jonathan tapi gaada dia”

Itu kata Hugo, adikku setelah aku ceritakan kejadian hari ini. Aku? Sudah jelas menolak percaya.

“Brooo thank you” Arka masuk ke mobil Gaze “Motor gue diangkut orang bengkel, mogok tadi”

Gaze mengangguk “Santai”

Arka mendecih sinis “Lagian ngide banget si Hazel jemput Jane, udah lama dia ga jemput jemput si Jane. Ga kesian apa sama si Resa”

“Resa? Cewe tomboy yang rambut nya blonde itu?”

“Yoi. Ohh iya gue lupa lo kan LA ya” Arka mengangguk “Hazel tuh suka Resa, gatau si Resa gimana. Hazel pernah bilang ke gue dia suka sama si Resa pas mabok” Arka bercerita sembari melihat ke jalanan yang lumayan ramai.

Arka menepuk pundak Gaze “Pepet aja lah si Jane, Hazel mah gausah dipikirin” Ujar Arka.

“Masalah Hazel ikut taruhan juga gausa lo pikirin, dia merasa bersalah makannya posesif sama si Jane. Asli nya mah dia suka sama si Resa, paham banget gue” Arka menepuk pundak Gaze.

“Hm?” Gaze bingung “Taruhan?”

Arka memainkan ponsel nya “Itu yang sebelum Hazel kecelakaan”

“Hazel ikut masang taruhan, terus taruhan nya batal karena kata nya si Jayden tiba tiba putus karena doi tiba tiba pasang foto sama pacar beneran nya” Arka masih saja terus berbicara tanpa sadar, memberi tahu sesuatu yang tidak diketahui Gaze.

“Hazel kecelakaan ga jauh dari Jayden yang kalah taruhan, kecelakaan nya deket sama rumah nya Jane. Ditolongin tuh sama Jane, adeknya si Liam juga bantuin waktu itu”

“Lo tau lah bro bokap nya Hazel kaya gimana? Hazel ga berani balik karena keadaan kaki nya parah. Diurus dia sama Jane, keluarga nya juga. Bokap nyokap nya Jane bantu ngomong ke bokap nya Hazel”

“Karena parah banget, Hazel kapok terus dia ‘bilang’ sayang banget sama Jane. Makannya kadang posesif banget tuh bocah ke Jane, pacar bukan” Arka mengangguk, masih asik berbicara banyak soal Hazel.

“Jayden?” Tanya Gaze.

“Lo drifter kan? Jenggala familiar pasti” Arka melihat “Jayden Jenggala, Dewa Orion”

“Tau” jawab Gaze.

“Tau kan lo cerita ini?” Tanya Arka pada Gaze.

Gaze menggeleng “Gatau” Dengan tatapan datar.

Arka melihat kearah Gaze “Bro yang bener?” Memukul pelan lengan Gaze.

“Gue gatau. Gue cuma tau Hazel kecelakaan parah waktu itu”

Arka mengusap muka nya “Mati gue cok”

“Brooo thank you” Arka masuk ke mobil Gaze “Motor gue diangkut orang bengkel, mogok tadi”

Gaze mengangguk “Santai”

Arka mendecih sinis “Lagian ngide banget si Hazel jemput Jane, udah lama dia ga jemput jemput si Jane. Ga kesian apa sama si Resa”

“Resa? Cewe tomboy yang rambut nya blonde itu?”

“Yoi. Ohh iya gue lupa lo kan LA ya” Arka mengangguk “Hazel tuh suka Resa, gatau si Resa gimana. Hazel pernah bilang ke gue dia suka sama si Resa pas mabok” Arka bercerita sembari melihat ke jalanan yang lumayan ramai.

Arka menepuk pundak Gaze “Pepet aja lah si Jane, Hazel mah gausah dipikirin” Ujar Arka.

“Masalah Hazel ikut taruhan juga gausa lo pikirin, dia merasa bersalah makannya posesif sama si Jane. Asli nya mah dia suka sama si Resa, paham banget gue” Arka menepuk pundak Gaze.

“Hm?” Gaze bingung “Taruhan?”

Arka memainkan ponsel nya “Itu yang sebelum Hazel kecelakaan”

“Hazel ikut masang, terus taruhan nya batal karena kata nya si Jayden tiba tiba putus karena doi tiba tiba pasang foto sama pacar beneran nya” Arka masih saja terus berbicara tanpa sadar, memberi tahu sesuatu yang tidak diketahui Gaze.

“Hazel kecelakaan ga jauh dari situ, kecelakaan nya deket sama rumah nya Jane. Ditolongin tuh sama Jane, adeknya si Liam juga bantuin waktu itu”

“Lo tau lah bro bokap nya Hazel kaya gimana? Hazel ga berani balik karena keadaan kaki nya parah. Diurus dia sama Jane, keluarga nya juga. Bokap nyokap nya Jane bantu ngomong ke bokap nya Hazel”

“Karena parah banget, Hazel kapok dan dia berterimakasih sama Jane. Makannya kadang posesif banget tuh bocah ke si Jane, pacar bukan” Arka mengangguk, masih asik berbicara banyak soal Hazel.

“Jayden?” Tanya Gaze.

“Lo drifter kan? Tau Jenggala dong pasti” Arka melihat kearah Gaze yang menyetir “Jayden Jenggala, Dewa Orion. Familiar kan nama nya?”

Gaze mengangguk.

“Tau cerita ini kan? Udah inget?” Tanya Arka pada Gaze.

Gaze menggeleng “Gatau” Dengan tatapan datar.

Arka menoleh dengan cepat “Bro yang bener?” Memukul pelan lengan Gaze.

“Gue gatau. Gue cuma tau Hazel kecelakaan parah waktu itu”

Arka mengusap muka nya “Mati gue cok”