Worried
“I’m home G—” belum sempat Regan meletakkan tas kerja nya, Gwenn tiba-tiba memeluk Regan erat.
Entah apa yang sedang dipikirkan Gwenn, Regan merasakan istri nya sedang tidak baik-baik saja.
“You good? G hey, i’m here kamu gausah khawatir”
Gwenn mendongak, melihat wajah Regan yang terlihat lelah namun berusaha menenangkan dirinya. Entah kenapa akhir-akhir ini Gwenn merasa tidak tenang, sulit untuk berpikir positif.
Regan mencium kepala Gwenn, menyatukan kedua dahi mereka “Mind to share” Regan mencium kening Gwenn “Apa yang bikin kamu jadi kepikiran akhir akhir ini?”
Gwenn mengangguk, tersenyum sendu “Kamu ngerasa ga sih love, hubungan kita lancar dan baik-baik aja? Aku tiba-tiba berpikir kalau nanti akan ada saat nya, hubungan kita ga baik-baik aja”
Regan menggendong Gwenn di punggung. Terdiam.
“Bisa ga ya kita laluin itu?”
Regan menghela nafas, apa yang di katakan Gwenn tidak salah. Walaupun tidak se-lancar apa yang dikatakan Gwenn, apa yang mereka berdua lalui sekarang terbilang mudah. Mungkin Gwenn merasakan akan ada badai cobaan entah kapan, tapi Regan tahu jika Gwenn sedang memikirkan itu sekarang. Regan mendudukan Gwenn di sofa, berbalik lalu menatap sang istri.
“Gwenn Moraz” panggil Regan,
“Hmm?”
“Ada alasan kenapa saya mau kamu pakai nama marga saya kan G? Padahal kamu ga diperbolehkan ganti nama keluarga, karena keluarga kamu melarang anak perempuan keluarga Bailey mengubah nama keluarga?”
“Aku istri kamu”
“Iya. Tapi lebih dari itu.” Regan mencium tangan Gwenn “Gwenn Moraz, itu artinya kamu bagian dari saya, G. Ada harapan dimana kamu selalu jadi bagian hidup saya, ada harapan kamu selalu ada di samping saya, ada harapan kamu dan saya bisa menurunkan nama Moraz ke anak anak kita nanti”
Gwenn menatap Regan dengan tatapan sendu, Regan tersenyum lebar menguatkan “Apapun yang terjadi nanti kedepan nya, saya selalu berharap kamu ga mudah menyerah ya G? Selalu percaya saya, selalu meyakinkan saya soal semua nya bakalan baik baik aja. Ya?”
“Kamu ngomong gitu kaya beneran mau terjadi sesuatu” Gwenn menangis.
“Apa yang ada di depan cuma bisa kita jalanin G, kamu bisa percaya aku.”
Gwenn menatap mata Regan dalam, mengangguk “Iya”
“Kalau gitu, sekarang waktu nya tidur. Aku masih mau nonton bola”
“Ikut”
“Oke”
Regan menciun puncak kepala Gwenn, ikut merasakan akan ada badai besar di kehidupan pernikahan mereka seperti apa yang dipikirkan sang istri.
Regan menatap Gwenn yang merapihkan tas kerja nya.
Semua nya bakalan baik-baik aja, saya janji