Gwen with bunda

“Hallo sayang, yaampun cantiknya” Liliana menyambut dengan hangat saat gwen masuk ke mobil.

Liliana mencium pipi kanan kiri gwen “Hallo bunda, oh iyaa ini buat bunda aduh maaf ya bun aku belum bisa masak jadi dibawain ini” gwen memberikan tas yang ia beli kemaren bersama dara dan yoriko

Liliana masih melihat gwen dengan tatapan ibu yang hangat seperti sang mama “Tian, ubah destinasi ke rumah lagi” liliana berkata lembut

“Hari ini kita masak ya, pokoknya kita girls time”

Gwen tersenyum “Aku gimana bunda aja” gwen melihat ke arah liliana “Bunda cantikk sekali”

Liliana menepuk pelan tangan gwen “Kamu juga cantiik sekali bunda sampai deg deg an tadi pas liat kamu. Bunda juga kepengen punya anak perempuan yaampun akhirnya regan punya calon” liliana melebarkan mata “Bunda bawel ya gwen?”

Gwen tertawa, liliana sungguh berbeda jauh dengan regan “Bun, aku seneng soalnya aku juga bawel”

“Regan udah isiin kulkas di rumah. Bunda tuh heran, dia ada rumah di sini tapi kok ya ga ditempatin gitu. Kata nya betah di apartment kamu itu anak emang kadang suka nyusahin”

Sungguh, gwen berpikir situasi dimana dia dan liliana akan hening dan awkward “Gapapa bun, aku juga ga masalah kok. Justru kayaknya aku ngerepotin karena regan masakin aku terus”

Liliana mengangguk “yaa setidaknya dia ga ngerepotin kamu” tian mulai membelokkan mobil nya dan parkir di depan penthouse bergaya klasik dan elegant.

“Ini punya ayah nya regan, di hadiahkan ke regan hadiah terakhir ayah nya regan sebelum meninggal” liliana tersenyum “yuk turun”

Gwen mengangguk lalu masuk ke dalam penthouse, liliana langsung menuju dapur “kita masak makanan kesukaan regan ya?”

Gwen mengangguk lalu mengikat rambut nya “siap bun, maaf ya bun aku belum bisa masak”

Liliana mengusap lembut puncak kepala gwen “bunda juga dulu baru bisa masak waktu kuliah, semua nya butuh proses. Nanti bunda yakin masakan kamu ga kalah enak sama masakan bunda”

Gwen tersenyum “mau masak apa bun?”

“Regan bilang kemarin dia pengen sup iga buatan bunda” liliana mengeluarkan iga yang ada di freezer “sop iga sama perkedel kentang. Siap ya? Kita masak masakan indonesia” liliana menyodorkan iga yang masih membeku

Liliana menggunakan celemek “Kamu liat dan bantu bunda kalau butuh sesuatu ya? Bunda kalau masak gabisa banyak bicara”

Gwen mengangguk lalu mengikuti arahan liliana, gwen mendapatkan tugas yang cukup mudah. Gwen ikut fokus saat liliana tidak berbicara tapi sigap memasak sop iga, perkedel kentang, hingga sambal disaat yang bersamaan.

“Sayang sebentar ya, bunda mau ke kamar mandi dulu” liliana melepaskan celemek nya “bunda titip perkedel kentang nya ya, kalau sudah agak kecoklatan kamu angkat matiin kompor nya”

Gwen dengan sigap berjalan ke arah kompor “Siap bun ini bentar lagi mateng”

Liliana menepuk pelan bahu gwen.

“Sore”

Gwen yang sedang menggoreng perkedel kentang menoleh “Hii” regan melepaskan coat nya lalu mencuci tangannya setelah itu mendekat ke arah gwen, mencium pipi lalu bahu gwen.

“Bikin sop iga sama perkedel kentang ya?”

“Iyap, soalnya bunda bilang kamu pengen makan ini”

Gwen mencuci piring, karena cucian piring menumpuk. Gwen melihat regan duduk di meja makan, sambil memainkan ponsel dan sangat serius.

“G” regan memanggil gwen “Saya malam ini harus ke italy” Regan terlihat sangat kesal, entah kenapa.

“Kamu nyusul saya ya nanti sama bunda?”

Gwen mengusap tangan regan “You good? Kok keliatan nya kamu marah banget love?”

Regan tersenyum kecil, lalu menggeleng

“Regan udah pulang dari kapan?” Liliana tersenyum lebar “Sop iga nya udah mateng kayaknya, yuk makan dulu”

“Bun, regan harus ke italy” regan berkata datar

Mata liliana melebar, melihat kearah gwen lalu melihat lagi ke arah regan. Liliana tersenyum

“Gapapa, kamu ke italy aja. Gimana nanti ya ganteng?” Liliana mengangkat panci berisi sop iga

“Ayo, jangan bt gitu” liliana duduk, gwen sibuk mengambilkan nasi untuk regan juga liliana

“Cantik, bunda gausah banyak banyak ya” gwen mengangguk “siap bun”

Mereka bertiga makan bersama, masakan liliana sangat nikmat bagi gwen karena sudah lama sekali gwen tidak makan sup iga yang benar benar dimasak oleh tangan indonesia.

Regan sendiri makan tanpa banyak bicara.

Setelah makan, regan bilang dia ingin istirahat sebentar di kamar nya. Liliana mengangguk dan gwen sedikit bingung karena baru kali ini regan terlihat seperti itu.

“Itu regan lagi bingung, panik, sama marah campur jadi satu. Makannya dia diam. Kalau di paksain banyak ngomong dia takut meledak dan ga sengaja nyakitin kamu” liliana membuatkan teh chamomile untuk gwen “kayaknya soal kerjaan, kamu gausah khawatir ya sayang?”

Gwen mengangguk “makasih ya bun, kalau bunda ga bilang aku ga bakal ngerti regan kenapa” gwen menerima teh buatan liliana “ayo bun, cerita tentang regan aku mau tau banyak soal regan”

Liliana duduk di sebelah gwen, meminum sedikit teh nya “Regan dulu itu anak yang suka bercerita, suka melukis. Regan kecil dulu bercita cita punya pameran nya sendiri”

“Ayah nya selalu dukung apa yang regan mau, bunda pun ga mempermasalahkan regan ingin jadi seperti apa, ingin menjadi apa. Asalkan ga aneh aneh” liliana tersenyum

“Tapi waktu itu, kami bertiga pergi ke italy. Ayah nya regan mengajak kami berdua ke circuit untuk nonton motogp. Regan waktu itu gamau, karena banyak museum yang pengen dia datangi di roma. Tapi waktu sampai di circuit regan jadi yang paling semangat setelah ayah nya, dia bilang ‘bunda, yang bawa motor besar itu keren banget, regan mau bawa motor itu keren!’ Katanya. Ya dari situ lah, ayah nya regan menyekolahkan regan di sekolah khusus pebalap. Tapi regan sempat berhenti waktu ayah nya meninggal. Bunda ingat sekali”

Gwen merasakan suara liliana sedikit bergetar “Regan menjadi sangat pendiam setelah ayah nya meninggal” liliana tersenyum hangat melihat ke arah foto yang di pajang di dinding “Ayah regan meninggal karena serangan jantung di rumah, regan di italy waktu itu langsung pulang ke indonesia”

“Regan datang menggunakan baju hitam, tanpa bawa apapun dari italy, datang ke rumah duka dan mengurus semua berkas dan persiapan yang dibutuhkan ayah nya untuk yang terakhir kali karena bunda sangat terpukul waktu itu” liliana melihat kearah gwen dengan sendu “Dia nangis gwen? Ngga. Disaat bunda menangis histeris dan menyalahkan tuhan waktu itu, regan dengan sabar menerima ucapan ucapan belasungkawa yang makin membuat dia ditarik ke kenyataan bahwa ayah nya sudah gaada”

Liliana mengusap mata nya yang basah “Nah gwen. Bunda titip regan ya? Kalau regan sudah seserius ini sama kamu, bunda yakin artinya dia cuma mau kamu. Ya sayang?”

Gwen jujur ingin menangis “Bunda, gwen bisa ga ya?”

Liliana mengusap kedua bahu gwen “Bunda yakin kamu bisa, tapi kamu juga harus yakin ya?”

Gwen mengangguk “Iya. Bunda bisa percayain regan ke gwen”